Tuesday, April 28, 2020

My mom GOT Breast Cancer (Part 2)

Bagian ini adalah bagian kedua dari cerita "My mom GOT Breast Cancer", untuk yang belum membaca kronologi awal, silahkan buka pada link berikut ini. (Bagian ke 1).

Banyak orang yang mengatakan kepada saya bahwa layanan BPJS di Indonesia tidak maksimal, pelayanannya tidak ramah, dan seakan - seakan dinomor duakan, tetapi setelah saya menemani mama saya untuk menjalani proses kemoterapi, saya menjadi sangat mengerti apa yang dimaksud dengan tidak maksimal, pelayanannya tidak ramah dan seakan - akan dinomor duakan, satu saja kata kuncinya yaitu OVERLOAD atau OVER CAPACITY. Rumah sakit besar di Surabaya seperti Dr. Soetomo tidak dapat menampung ledakan pasien setiap harinya, saya sendiri merasakan, untuk dapat mengurus kemoterapi saya harus mengantri dari JAM 3.30 PAGI, dan antrian yang saya dapatkan adalah nomor 20, coba bayangkan 20 orang pertama antri dari jam berapa itu ya ? tapi uniknya mereka mengantri dengan menggunakan botol yang sudah dilabel. hahahahaha

Oke, sekarang saya akan melanjutkan bercerita mengenai perjalanan mama saya yang terkena kanker payudara. Efek yang dihasilkan oleh kemoterapi sangat mematikan, karena kemoterapi merusak seluruh bagian tubuh, dimulai dari pasien yang mulai mual - mual (dan muntah pada akhirnya), rambut mulai rontok, bibir mudah panas dalam, jika tergores pisau darah tidak akan mudah membeku (karena trombosit yang ada di tubuh habis ditumpas oleh obat kemoterapi), orang yang terkena kemoterapi juga akan mengalami sesak bernafas atau mudah lelah, kuku menghitam dan terkadang bisa sampai lepas (jika sudah mengalami kemoterapi berkali - kali). jadi saya tidak heran jika banyak orang yang akhirnya meninggal bukan karena kankernya tetapi akibat efek dari kemoterapi.

3 proses kemoterapi dijalani dengan penuh rintangan, untuk proses kemoterapi yang pertama mama saya tidak mengalami kesulitan apa - apa, hanya saja efek setelah kemoterapi yang pertama yang membuat saya hancur hati, karena sekali lagi mama saya mengalami masa - masa putus harapan hidup, karena di pagi hari atau lebih tepatnya hari ke 12 setelah kemoterapi mama saya menangis sejadi - jadinya ketika tahu bahwa rambutnya rontok, menurut saya itu bukan rontok tetapi rambut - rambut yang ada itu hanya menempel di kepala, dan ketika tersenggol oleh tangan atau bantal maka rambut itu akan rontok dengan mudah.

"Rambut adalah salah satu mahkota kebanggan wanita, apa jadinya wanita tanpa rambut?"

Tiba saatnya untuk menjalani kemoterapi kedua, namun apa yang terjadi mama saya tidak bisa mengikuti kemoterapi kedua karena hemoglobin dalam tubuh mama saya jauh dibawah standar yang di ijinkan untuk melakukan kemoterapi, lalu dokter menyarankan untuk mengundur waktu kemoterapi selama 1 minggu untuk dilakukan peningkatan gizi makanan, mama saya disarankan untuk banyak mengkonsumsi daging - dagingan dan susu. Satu minggu setelah itu mama saya bisa menjalankan kemoterapi yang kedua dengan hemoglobin mepet dengan standar kemoterapi.
Ow ya, seiring dengan jalannya kemoterapi kesatu dan kedua, mama saya mempunyai teman - teman yang menderita sakit yang sama bahkan ada yang lebih parah dari yang dialami oleh mama saya, hebatnya adalah mereka saling MENDUKUNG, dan saya tidak ada mendengar keluhan yang keluar dari mulut ibu - ibu ini, yang ada justru kata - kata positif yang membangun penderita yang lain, dan JUJUR saya bilang, mama saya kuat karena ibu - ibu sesama penderita yang mendukung mama saya secara moril.

Seperti yang sebelum - sebelumnya, sesaat kemoterapi yang ketiga akan dijalankan mama saya tidak lolos test darah untuk standar kemoterapi, dan sama dengan proses kemoterapi kedua, mama saya diberikan kesempatan selama satu minggu untuk meningkatkan hemoglobin, dan hasilnya adalah mama saya tetap tidak bisa mengikuti kemoterapi, akhirnya dokter menyarankan untuk melakukan proses transfusi darah sebanyak 2 kantong, untuk membantu mendongkrak hemoglobin yang jatuh. Setelah itu proses kemoterapi ketiga pun dimulai, saya akui mama saya mempunyai semangat hidup yang cukup tinggi pada masa ini. Saya akan selalu ingat bahwa kasih itu mendongkrak semangat hidup yang sudah patah dan dukungan dari keluarga itu memampukan seseorang untuk bangkit dari keterpurukannya.


No comments:

Post a Comment

Please kindly comment at this place :D